Secara tehnis,
upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung dapat ditempuh dengan
menerapkan teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT ).
Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada komoditi jagung lebih
dititk beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik lokasi yang Tujuan
utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan
Pemupukan
spesifik lokasi memiliki arti yaitu suatu upaya menambah/menyediakan semua hara
penting untuk kebutuhan tanaman jagung sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.
Untuk dapat
tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlukan hara yang cukup
selama pertumbuhannya. Karena itu, pemupukan merupakan faktor penentu
keberhasilan budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun
anorganik, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang
diperlukan oleh tanaman, mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak
tercukupi.
Efisiensi
pemupukan mutlak diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan
produktivitas tanamandan pendapatan yang akan diperoleh. Pemupukan dengan
efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan penggunaan pupuk secara berimbang.
Artinya pupuk yang akan digunakan didasarkan kepada hara yang dibutuhkan
tanaman yang tersedia ditanah, sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13
unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah
lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg,
dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan
sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl
diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O
diperoleh dari air dan udara.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah
total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik
maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur
hara.
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu
musim mengikuti pola akumulasi bahan kering. Sedikit N, P, dan K diserap
tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama
fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman
sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik
tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak
2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari
tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung
umumnya mengandung hara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara
mikro, karena belum ada sentra-sentra pengembangan jagung yang berindikasi
kekurangan hara mikro. Hara N terutama diberikan dalam bentuk pupuk UREA yang
mengandung 46% hara N, sedangkan pupuk ZA selain mengandung hara N sebanyak 21%
juga mengandung hara S sebanyak 22%. Ketersediaan hara P disupplai dari pupuk
SP-36 yang mengandung 36% hara P, sedangkan hara K saat ini ketersediaannya
hanya mengandalkan pupuk NPK, karena KCL atau ZK sudah tidak disubsidi oleh
Pemerintah.
Manfaat unsur hara utama pada tanaman jagung
adalah :
1.
Hara Nitrogen (N)
-
Membuat tanaman
lebih hijau segar
-
Mempercepat dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman : tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah
anakan
-
Meningkatkan
kandungan protein hasil panen.
2.
Hara Fosfor (P)
-
Memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik
-
Mempercepat
pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji
-
Meningkatkan
rendemen dan komponen hasil panen tanaman biji-bijian
-
Meningkatkan mutu
benih dan bibit
3.
Hara Kalium (K)
-
Membantu tanaman
lebih tegak dan kokoh
-
Meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan
-
Meningkatkan
pembentukan gula dan pati
-
Meningkatkan
ketahanan hasil panen selama pengangkutan dan penyimpanan.
4.
Hara Sulfur (S)
-
Meningkatkan
kelas mutu hasil panen dengan memperbaiki warna, aroma, rasa dan besar biji
-
Membantu tanaman
menjadi hijau.
Hal yang perlu diketahui saat melakukan
pemupukan adalah dosis, waktu, cara dan jenis pupuk yang diaplikasi. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan
erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan
kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan
fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan
hara P terfiksasi di dalam tanah.
Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian
pupuk N harus dilakukan secara bertahap. Hasil penelitian dilokasi demplot menunjukkan
bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau
1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST
relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N, dibanding dengan
pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3 takaran pada waktu tanam dan 1/3
takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana
pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan
hasil dan serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N diberikan
seluruhnya pada saat tanam. Pemberian N secara tugal atau larik lebih hemat
55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha
secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan pemberian 90 kg
N/ha secara sebar atau disiram.
Pupuk
P sebaiknya diberikan semuanya pada awal tanam, karena memberikan hasil yang
sama dengan pemberian secara bertahap. Pemberian P secara larik lebih efektif
dibanding secara tugal. Seluruh pupuk K lebih baik diberikan pada awal tanam.
Pada tanah kapuran, Ca menghambat serapan K. Jika pupuk K terlambat diberikan
maka Ca akan dominan diserap lebih awal yang akan menghambat serapan K.
Rekomendasi
pemupukan tanaman
jagung memang harus melalui penentuan status kadar hara tanah terlebih dahulu.
Rekomendasi pemupukan untuk tanaman jagung dilokasi demplot desa tebo kecamatan
Poto Tano adalah 200 kg NPK dan 300 kg UREA. Dari jumlah pupuk tersebut
diberikan ½ jumlah NPK diberikan di awal tanam, ½ bagian NPK dicampur dengan ½
UREA diaplikasi ketika tanaman jagung berumur 28-30 HST, dan sisa UREA dapat
diaplikasi pada usia tanaman 40-45 HST atau berdasarkan analisa Bagan Warna
Daun (BWD) untuk efisiensi penggunakan UREA.
Tabel Jenis, takaran,porsi dan waktu pemberian
pupuk pada tanaman jagung
dilokasi
demplot desa tebo kecamatan poto tano
Jenis pupuk
|
Takaran2)
( kg/ha)
|
Porsi Aplikasi
|
||
0-7 HST
|
28-30 HST
|
40-45 HST
|
||
Urea
NPK
Organik
|
250-300
200-250
500-750
|
25%
50%
100%
|
50%
25%
-
|
25%
25%
-
|
Ket
:
2)
Takaran dapat berubah
disesuaikan dengan hasil analisa tanah sebelum tanam atau rekomendasi setempat.
Kisaran takaran pupuk yang tercantum pada tabel merupakan nilai rata rata hasil
pengamatan dibeberapa lokasi dan jenis tanah yang sesuai untuk kebutuhan
tanaman jagung.
- Jika
menggunakan pupuk majemuk , takaran unsur N,P, dan K disetarakan dengan pupuk
tunggal
- Cara
aplikasi: pupuk diletakkan dalam lubang yang dibuat dengan tugal disamping
tanaman dengan jarak 5-10 cm dari tanaman, dan ditutup dengan tanah.
Analisa Usaha Tani Budidaya Jagung
Hibrida dengan Penerapan Pemupukan Berimbang
No
|
Uraian
|
Volume
Kg/Ltr/Ha
|
Harga
( Rp )
|
Jumlah
( Rp )
|
I
|
INFUT (
Pengeluaran )
|
|||
1
|
Sewa lahan
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Persiapan
lahan :
-
Pengolahan tanah
|
1 paket
|
1.200.000
|
Rp.1.200.000
|
3
|
Biaya tanam
|
15 Hok
|
40.000
|
Rp. 600.000
|
4
|
Biaya Saprodi
:
- Benih
Jagung
- Pupuk
: - Organik
- Urea
- NPK
- Pupuk
Cair
- Herbisida:
- Round Up
- Calaris
- Pestisida
|
20 kg
500 kg
300 kg
200 kg
9 ltr
4 ltr
1 ltr
3 ltr
|
80.000
500
1800
2300
20.000
75.000
290.000
60.000
|
Rp.1.600.000
Rp. 250.000
Rp. 540.000
Rp. 460.000
Rp. 180.000
Rp. 300.000
Rp. 290.000
Rp. 180.000
|
5
|
Biaya Tenaga
Semprot :
-
Herbisida
-
Pestisida
-
PPC
|
6 hok
2 hok
4 hok
|
40.000
40.000
40.000
|
Rp. 240.000
Rp. 80.000
Rp. 160.000
|
6
|
Biaya
penyiangan
|
3 hok
|
40.000
|
Rp. 120.000
|
7
|
Biaya Tenaga
Pemupukan I + II
|
12 hok
|
40.000
|
Rp. 480.000
|
8
|
Biaya Tenaga
Panen dan pemipilan
|
29 hok
|
40.000
|
Rp.1.160.000
|
Total Infut /pengeluaran
|
|
Rp.
7.840.000
|
||
II
|
OUTFUT (
Pemasukan )
|
|
|
|
|
-
Jumlah produksi jagung kering panen
9.050 kg
-
Harga jagung kering panen Rp 2.500/kg
Total 9.050 kg
x Rp.2.500/kg = Rp. 22.625.000
|
Rp. 22.625.000
|
||
III
|
INCOME (
Pendapatan )
|
|
|
|
|
Infut – Outfut
= Rp. 22.625.000 – Rp. 7.840.000
= Rp. 14.785.000
|
Rp. 14.785.000
|
||
IV
|
B/C Ratio
|
|
|
|
|
Infut : Outfut
= 22.625.000 / 7.840.000 = 2.80
|
|
||
NB: Jadi
setiap modal/biaya yang dikeluarkan Rp.200,- akan mendapatkan keuntungan Rp.
80,- berarti usaha budidaya jagung memiliki prospek untuk dikembangkan
|
informasinya sangat bagus pak...
BalasHapusditunggu informasi terbaru berikutnya.
"apapun programnya, Penyuluhan kuncinya"
boleh share informasinya ne pak...
BalasHapusBoleh pak...silahkan jika bermanfaat..
HapusBoleh pak...silahkan jika bermanfaat..
Hapusapakah berbeda lokasi,berbeda juga cara pemupukannya?
Hapusapakah berbeda lokasi,berbeda juga cara pemupukannya?
Hapussalam apapun programnya penyuluhan kuncinya
BalasHapussukses selalu pak
Hok itu satuan apa?
BalasHapusHari orang kerja.
HapusHari orang kerja.
HapusTerima kasih banyak atas infox
BalasHapusKalau tanaman jagung lambat besarnya sdh (50H) msh setinggi 75 cm yg lain sdh 1 m lebih apa mslh nya pak
BalasHapusKalau urea di ganti za untuk jagung bisa gak? Bagusan za apa urea?
BalasHapusBisa, tapi dosis ZAnya 2x dosis urea
Hapustrimakasih
BalasHapussangat bermanfaat
Sangat bermanfaat bagi kami pemulaπππππ
BalasHapusbiayanya kurang kalo musim kemarau ,biaya pengairanya + tenaganya belum tercantum
BalasHapus