Jumat, 17 Oktober 2014

Teknik Pemupukan Berimbang pada tanaman Jagung Hibrida

Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung dapat ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT ). Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada komoditi jagung lebih dititk beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik lokasi yang Tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan
Pemupukan spesifik lokasi memiliki arti yaitu suatu upaya menambah/menyediakan semua hara penting untuk kebutuhan tanaman jagung sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman, mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak tercukupi.
Efisiensi pemupukan mutlak diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan produktivitas tanamandan pendapatan yang akan diperoleh. Pemupukan dengan efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan penggunaan pupuk secara berimbang. Artinya pupuk yang akan digunakan didasarkan kepada hara yang dibutuhkan tanaman yang tersedia ditanah, sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara.
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering. Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung umumnya mengandung hara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro, karena belum ada sentra-sentra pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro. Hara N terutama diberikan dalam bentuk pupuk UREA yang mengandung 46% hara N, sedangkan pupuk ZA selain mengandung hara N sebanyak 21% juga mengandung hara S sebanyak 22%. Ketersediaan hara P disupplai dari pupuk SP-36 yang mengandung 36% hara P, sedangkan hara K saat ini ketersediaannya hanya mengandalkan pupuk NPK, karena KCL atau ZK sudah tidak disubsidi oleh Pemerintah.
Manfaat unsur hara utama pada tanaman jagung adalah :
1.      Hara Nitrogen (N)
-     Membuat tanaman lebih hijau segar
-     Mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman : tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah anakan
-     Meningkatkan kandungan protein hasil panen.
2.      Hara Fosfor (P)
-     Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik
-     Mempercepat pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji
-     Meningkatkan rendemen dan komponen hasil panen tanaman biji-bijian
-     Meningkatkan mutu benih dan bibit
3.      Hara Kalium (K)
-     Membantu tanaman lebih tegak dan kokoh
-     Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan
-     Meningkatkan pembentukan gula dan pati
-     Meningkatkan ketahanan hasil panen selama pengangkutan dan penyimpanan.
4.      Hara Sulfur (S)
-     Meningkatkan kelas mutu hasil panen dengan memperbaiki warna, aroma, rasa dan besar biji
-     Membantu tanaman menjadi hijau.

Hal yang perlu diketahui saat melakukan pemupukan adalah dosis, waktu, cara dan jenis pupuk yang diaplikasi. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi di dalam tanah.
Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap. Hasil penelitian dilokasi demplot menunjukkan bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N, dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3 takaran pada waktu tanam dan 1/3 takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan hasil dan serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pemberian N secara tugal atau larik lebih hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan pemberian 90 kg N/ha secara sebar atau disiram.
Pupuk P sebaiknya diberikan semuanya pada awal tanam, karena memberikan hasil yang sama dengan pemberian secara bertahap. Pemberian P secara larik lebih efektif dibanding secara tugal. Seluruh pupuk K lebih baik diberikan pada awal tanam. Pada tanah kapuran, Ca menghambat serapan K. Jika pupuk K terlambat diberikan maka Ca akan dominan diserap lebih awal yang akan menghambat serapan K.
Rekomendasi pemupukan tanaman jagung memang harus melalui penentuan status kadar hara tanah terlebih dahulu. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman jagung dilokasi demplot desa tebo kecamatan Poto Tano adalah 200 kg NPK dan 300 kg UREA. Dari jumlah pupuk tersebut diberikan ½ jumlah NPK diberikan di awal tanam, ½ bagian NPK dicampur dengan ½ UREA diaplikasi ketika tanaman jagung berumur 28-30 HST, dan sisa UREA dapat diaplikasi pada usia tanaman 40-45 HST atau berdasarkan analisa Bagan Warna Daun (BWD) untuk efisiensi penggunakan UREA.

Tabel Jenis, takaran,porsi dan waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung
 dilokasi demplot desa tebo kecamatan poto tano
 
Jenis pupuk
Takaran2)
( kg/ha)
Porsi Aplikasi
0-7 HST
28-30 HST
40-45 HST
Urea
NPK
Organik
250-300
200-250
500-750
25%
50%
100%
50%
25%
-
25%
25%
-
Ket :
2)        Takaran dapat berubah disesuaikan dengan hasil analisa tanah sebelum tanam atau rekomendasi setempat. Kisaran takaran pupuk yang tercantum pada tabel merupakan nilai rata rata hasil pengamatan dibeberapa lokasi dan jenis tanah yang sesuai untuk kebutuhan tanaman jagung.
-       Jika menggunakan pupuk majemuk , takaran unsur N,P, dan K disetarakan dengan pupuk tunggal
-       Cara aplikasi: pupuk diletakkan dalam lubang yang dibuat dengan tugal disamping tanaman dengan jarak 5-10 cm dari tanaman, dan ditutup dengan tanah.
 
Analisa Usaha Tani Budidaya Jagung Hibrida dengan Penerapan Pemupukan Berimbang

No
Uraian
Volume
Kg/Ltr/Ha
Harga
 ( Rp )
Jumlah
 ( Rp )
I
INFUT ( Pengeluaran )
1
Sewa lahan
-
-
-
2
Persiapan lahan :
-       Pengolahan tanah

1 paket

1.200.000

Rp.1.200.000
3
Biaya tanam
15 Hok
40.000
Rp.   600.000
4
Biaya Saprodi :
-       Benih Jagung
-       Pupuk :    - Organik
-   Urea
-   NPK
-       Pupuk Cair
-       Herbisida:  - Round Up
-  Calaris
-       Pestisida

20 kg
500 kg
300 kg
200 kg
9 ltr
4 ltr
1 ltr
3 ltr

80.000
500
1800
2300
20.000
75.000
290.000
60.000

Rp.1.600.000
Rp.   250.000
Rp.   540.000
Rp.   460.000
Rp.   180.000
Rp.   300.000
Rp.   290.000
Rp.   180.000
5
Biaya Tenaga Semprot :
-          Herbisida
-          Pestisida
-          PPC

6 hok
2 hok
4 hok

40.000
40.000
40.000

Rp.   240.000
Rp.     80.000
Rp.   160.000
6
Biaya penyiangan
3 hok
40.000
Rp.   120.000
7
Biaya Tenaga Pemupukan I + II
12 hok
40.000
Rp.   480.000
8
Biaya Tenaga Panen dan pemipilan
29 hok
40.000
Rp.1.160.000
Total Infut /pengeluaran

Rp. 7.840.000
II
OUTFUT ( Pemasukan )




-        Jumlah produksi jagung kering panen 9.050 kg
-        Harga jagung kering panen Rp 2.500/kg
Total 9.050 kg x Rp.2.500/kg = Rp. 22.625.000
Rp. 22.625.000
III
INCOME ( Pendapatan )




Infut – Outfut = Rp. 22.625.000 – Rp. 7.840.000
= Rp. 14.785.000
Rp. 14.785.000
IV
B/C Ratio




Infut : Outfut = 22.625.000 / 7.840.000 = 2.80

NB: Jadi setiap modal/biaya yang dikeluarkan Rp.200,- akan mendapatkan keuntungan Rp. 80,- berarti usaha budidaya jagung memiliki prospek untuk dikembangkan  

(Zulkarnaen)

17 komentar:

  1. informasinya sangat bagus pak...
    ditunggu informasi terbaru berikutnya.

    "apapun programnya, Penyuluhan kuncinya"

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Boleh pak...silahkan jika bermanfaat..

      Hapus
    2. Boleh pak...silahkan jika bermanfaat..

      Hapus
    3. apakah berbeda lokasi,berbeda juga cara pemupukannya?

      Hapus
    4. apakah berbeda lokasi,berbeda juga cara pemupukannya?

      Hapus
  3. salam apapun programnya penyuluhan kuncinya
    sukses selalu pak

    BalasHapus
  4. Kalau tanaman jagung lambat besarnya sdh (50H) msh setinggi 75 cm yg lain sdh 1 m lebih apa mslh nya pak

    BalasHapus
  5. Kalau urea di ganti za untuk jagung bisa gak? Bagusan za apa urea?

    BalasHapus
  6. Sangat bermanfaat bagi kami pemulaπŸ‘†πŸ‘†πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  7. biayanya kurang kalo musim kemarau ,biaya pengairanya + tenaganya belum tercantum

    BalasHapus