Bertempat di Gedung Bulutangkis Desa Poto Tano Kec. Poto Tano, Kamis, 25 September 2014 WWF-Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat menyelenggarakan acara "Sosialisasi Kegiatan Perikanan yang Bertanggung Jawab dan Pelatihan Penanganan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) Penyu pada Armada Perikanan di Indonesia". Sekitar 60 orang peserta menghadiri acara ini yang terdiri dari instansi pemerintah, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap, masyarakat nelayan, Penyuluh Perikanan PNS dan Penyuluh Perikanan Swadaya.
WWF atau World Wide
Fund for Nature adalah salah satu lembaga konservasi terbesar dan sangat
berpengalaman di dunia, didirikan secara resmi tahun 1961 dan memiliki kantor Sekertariat
pusat di Gland, Swiss.
Dalam
sambutannya, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Noto Karyono, S.Pi yang mewakili
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat mengatakan bahwa
apa yang ada di laut itu bisa diambil semua tapi undang-undang telah mengatur
tentang kegiatan penangkapan ikan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. “Soal menangkap ikan adalah masalah isi perut. Bagaimana agar perut
nelayan kita bisa terisi dengan tetap melaksanakan aturan-aturan yang berlaku.
Oleh karena itulah acara sosialisasi ini diselenggarakan agar ke depan nelayan
memahami dan mengerti jenis-jenis hasil laut apa saja yang boleh ditangkap dan yang tidak
boleh ditangkap”.
Hendra, nara sumber
WWF-Indonesia, mengatakan bahwa seringkali penyu tertangkap secara tidak
sengaja pada rawai dan pukat udang milik nelayan. Meskipun demikian banyak nelayan
yang berpikir ketika mendapati alat tangkapnya ada penyu naas: apa yang bisa
saya lakukan untuk menolong hewan yang tidak beruntung ini?
Mengapa
penyu?
Seperti
kita ketahui bahwa semua jenis penyu dilindungi oleh undang-undang baik
nasional maupun internasional. Selain itu penyu juga bukan merupakan target dan
tidak diinginkan oleh nelayan penangkap ikan/udang. Penyu, jumlah/populasnya
sudah sangat sedikit (hampir punah). Hewan-hewan laut tersebut menentukan
keseimbanggan ekosistem di bumi ini. Hewan-hewan laut tersebut berimigrasi dari
satu perairan negara ke perairan yang lain. Dan adapun masing-masing
peran penyu tersebut adalah:
- Penyu Hijau berperan penting dalam ekosistem lamun & algae
- Penyu Sisik memakan sponges; mengatur total biomasa ekositem karang
- Penyu Belimbing mengatur total ubur-ubur
- Penyu Tempayan 'tempat singgah' burung-burung laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan
- Penyu sebagai pemindah energi dari laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan beberapa satwa, keamanan pangan masyarkat pesisir dll.
Mengapa acara ini ditujukan ke nelayan? Menurut Hendra, nelayan adalah orang-orang yang menjadikan laut sebagai rumah kedua mereka, sekaligus sebagai tempat di mana penyu hidup. Nelayanlah yang menggantungkan hidupmya dilaut dan lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya bila dibandingkan orang lain. “Peran utama inilah yang membuat WWF yakin bahwa nelayan dapat mewujudkan harapan terjaganya penyu di laut sehingga populasinya di laut pulih, ekosistem laut seimbang dan hasil tangkapan kembali melimpah” imbuhnya.
Dalam
acara sosialisasi ini WWF juga memberikan pelatihan kepada nelayan tentang :
- Penanganan Bycatch penyu pada longline
- Penanganan Bycatch penyu pada pukat (trawl)
- Pemulihan penyu di atas kapal bila penyu dalam keadaan pingsan
- Cara menggunakan de-hooker pada penyu
- Bagaimana cara melepaskan penyu kembali ke laut.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar