Minggu, 28 September 2014

Sosialisasi dan Pelatihan Penanganan Bycatch Penyu





Bertempat di Gedung Bulutangkis Desa Poto Tano Kec. Poto Tano, Kamis, 25 September 2014 WWF-Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat menyelenggarakan acara "Sosialisasi Kegiatan Perikanan yang Bertanggung Jawab dan Pelatihan Penanganan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) Penyu pada Armada Perikanan di Indonesia". Sekitar 60 orang peserta menghadiri  acara ini yang terdiri dari instansi pemerintah, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap, masyarakat nelayan, Penyuluh Perikanan PNS dan Penyuluh Perikanan Swadaya. 

WWF atau World Wide Fund for Nature adalah salah satu lembaga konservasi terbesar dan sangat berpengalaman di dunia, didirikan secara resmi tahun 1961 dan memiliki kantor Sekertariat pusat di Gland, Swiss.

Dalam sambutannya, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Noto Karyono, S.Pi yang mewakili Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat mengatakan bahwa apa yang ada di laut itu bisa diambil semua tapi undang-undang telah mengatur tentang kegiatan penangkapan ikan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. “Soal menangkap ikan adalah masalah isi perut. Bagaimana agar perut nelayan kita bisa terisi dengan tetap melaksanakan aturan-aturan yang berlaku. Oleh karena itulah acara sosialisasi ini diselenggarakan agar ke depan nelayan memahami dan mengerti jenis-jenis hasil laut apa saja yang boleh ditangkap dan yang tidak boleh ditangkap”. 

Hendra, nara sumber WWF-Indonesia, mengatakan  bahwa seringkali penyu tertangkap secara tidak sengaja pada rawai dan pukat udang milik nelayan. Meskipun demikian banyak nelayan yang berpikir ketika mendapati alat tangkapnya ada penyu naas: apa yang bisa saya lakukan untuk menolong hewan yang tidak beruntung ini? 

Mengapa penyu?

Seperti kita ketahui bahwa semua jenis penyu dilindungi oleh undang-undang baik nasional maupun internasional. Selain itu penyu juga bukan merupakan target dan tidak diinginkan oleh nelayan penangkap ikan/udang. Penyu, jumlah/populasnya sudah sangat sedikit (hampir punah). Hewan-hewan laut tersebut menentukan keseimbanggan ekosistem di bumi ini. Hewan-hewan laut tersebut berimigrasi dari satu perairan negara  ke perairan yang lain. Dan adapun masing-masing peran penyu tersebut adalah:
  1. Penyu Hijau berperan penting dalam ekosistem lamun & algae
  2. Penyu Sisik memakan sponges; mengatur total biomasa ekositem karang
  3. Penyu Belimbing mengatur total ubur-ubur
  4. Penyu Tempayan 'tempat singgah' burung-burung laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan
  5. Penyu sebagai pemindah energi dari laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan beberapa satwa, keamanan pangan masyarkat pesisir dll.



Mengapa acara ini ditujukan ke nelayan? Menurut Hendra, nelayan adalah orang-orang yang menjadikan laut sebagai rumah kedua mereka, sekaligus sebagai tempat di mana penyu hidup. Nelayanlah yang  menggantungkan hidupmya dilaut dan lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya bila dibandingkan orang lain. “Peran utama inilah yang membuat WWF yakin bahwa nelayan dapat mewujudkan harapan terjaganya penyu di laut sehingga populasinya di laut pulih, ekosistem laut seimbang dan hasil tangkapan kembali melimpah” imbuhnya.

Dalam acara sosialisasi ini WWF juga memberikan pelatihan kepada nelayan tentang :
  1. Penanganan Bycatch penyu pada longline
  2. Penanganan Bycatch penyu pada pukat (trawl)
  3. Pemulihan penyu di atas kapal bila penyu dalam keadaan pingsan
  4. Cara menggunakan de-hooker pada penyu
  5. Bagaimana cara melepaskan penyu kembali ke laut.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar