Sabtu, 20 September 2014

BP3K POTO TANO GELAR FFD DEMPLOT JAGUNG



Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Poto Tano menggelar kegiatan Farmer Field Day (FFD) atau Hari Temu Lapang Petani pada hari Kamis tanggal 18 September 2014. Kegiatan ini diselenggarakan di lahan kelompok Tani Saling Asih Desa Tebo Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat. Acara dimulai dengan pembukaan kemudian dilanjutkan dengan panen raya jagung secara simbolis dan diskusi/tanya jawab dengan petani. 


Pada acara ini hadir yaitu:
  1. Sekretaris BKP5K Sumbawa Barat Arifin Fatahollah, S.H, beserta staf.
  2. Kepala Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan BKP5K Sumbawa Barat Nanang Sujatmiko, S.Pt, M.Si,.
  3. Camat Poto Tano Hamzah H. Amin, S.E beserta staf.
  4. Sekretaris Camat Ahmad Rifai, S. KM.
  5. Kasi Pemerintahan Kecamatan Poto Tano Syamsuddin, S. AP. 
  6. Aparat Desa Tebo Kecamatan Poto Tano.
  7. KCD Pertanian Kecamatan Poto Tano dan staf.
  8. Kepala BP3K Poto Tano Abdul Malik, S. Pt.
  9. Penyuluh BP3K Kecamatan Poto Tano.
  10. Ketua dan Anggota Kelompok Tani Desa Tebo Kecamatan Poto Tano dan
  11. Tamu undangan.

Kepala BP3K Poto Tano Abdul Malik saat menyampaikan pengantarnya mengatakan bahwa kegiatan demplot dan FFD jagung ini terselenggara berkat dukungan dana dari APBN 2014. Selain sebagai ajang silaturahmi, pertemuan FFD antara penyuluh, petani dan instansi pemerintah bertujuan menyerap berbagai informasi terkait masalah pertanian khususnya jagung dan pelaksanaan program pertanian yang ditetapkan pemerintah. Menurut Kepala BP3K Poto Tano, teknologi yang diterapkan pada demplot jagung ini adalah penggunaan pupuk berimbang. Lebih lanjut dikatakan bahwa berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan oleh penyuluh dan petani pelaksana demplot menunjukkan hasil ubinan jagung adalah 15,3 ton dan hasil ubinan jagung pipilan basah 9,6 ton. Sedangkan kendala yang dihadapi pada pelaksanaan demplot ini adalah minimnya air sehingga untuk menyirami tanaman jagung harus menyedot dulu dengan pompa air dari saluran irigasi yang ada airnya.

Sementara itu Camat Poto Tano Hamzah H. Amin sangat mendukung acara ini dan berharap ke depan agar kegiatan serupa juga diterapkan pada lahan kosong di tempat lain sehingga potensi pertanian di Kecamatan Poto Tano bisa dimanfaatkan secara maksimal. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini dan terima kasih saya sampaikan kepada penyuluh atas kerja samanya dengan instansi terkait karena telah membantu petani dalam menyebarluaskan teknologi sehingga pengetahuan dan keterampilan petani menjadi bertambah. Petani menjadi tahu bagaimana menanam jagung dengan pupuk yang berimbang” demikian ujar Camat Poto Tano dalam sambutannya.

Selain Camat Poto Tano, Sekretaris BKP5K Sumbawa Barat Arifin Fatahollah yang mewakili Kepala BKP5K Sumbawa Barat juga menyampaikan sambutannya. Sekretaris Badan mengatakan bahwa dengan diadakannya Hari Temu Lapang Petani ini, petani dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi dan memecahkan persoalan di lapangan secara bersama-sama. Sekban yang baru dilantik ini berharap agar kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan di lain waktu dan mengundang pejabat teras yang lebih banyak lagi.  Sekban juga berharap agar rencana kerja penyuluh ditaruh di meja Camat supaya masalah yang dihadapi penyuluh bisa diketahui dengan cepat. “Saya menyampaikan terima kasih kepada kelompok tani dan penyuluh yang telah berhasil menanam jagung dengan baik sehingga menjadi motivasi bagi petani yang lain” ujar pejabat yang pengalaman di penyuluhan KB ini.

Hadir juga pada acara ini petani pelaksana demplot yaitu Hartono. Ia mengatakan bahwa kegiatan demplot ini membutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra. Mengapa?  Karena petani tidak banyak yang menanam jagung sehingga harus berjibaku mengusir hama kera/monyet. Minimnya air juga menjadi kendala. Namun berkat kesabaran dan arahan penyuluh akhirnya hambatan itu bisa dilewati dengan mudah. “Saya sangat berterima kasih kepada penyuluh yang telah membimbing bagaimana cara menanam jagung dengan pemupukan yang berimbang. Saya jadi tahu bagaimana cara memupuk lewat daun dan memupuk dengan pupuk organik cair. Penggunaan pupuk berimbang yang kami terapkan adalah pupuk urea 300 kg, pupuk NPK/PONSKA 200 kg, pupuk organik cair 8 liter, pestisida 2 liter dan herbisida 4 liter. Sedangkan benih jagungnya adalah jagung hibrida varietas PAC 105 dengan jarak tanam 75 x 20 cm di lahan seluas 1 ha. Berdasarkan hasil ubinan menunjukkan bahwa hasil ubinan jagung adalah 15,3 ton dan hasil ubinan jagung pipilan basah 9,6 ton.”.

Menurut Kepala Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan,  Nanang Sujatmiko dalam arahannya mengatakan bahwa agar petani lebih cepat mengadopsi teknologi seharusnya demplot itu diterapkan pada lahan yang mudah dilihat orang. “Kalau demplot dikerjakan di lahan yang jauh dari jalan maka orang tidak banyak yang tahu kalau ada demplot. Harusnya demplot itu ada di lahan dekat jalan yang sering dilalui orang agar masyarakat tahu teknologinya” ujarnya dengan berapi-api. Ditambahkannya bahwa pemerintah ke depan berencana membuat Program Revolusi Horti di mana masing-masing desa akan ada percontohan hortikulturanya. Ini dicanangkan dalam rangka mendukung kedaulatan pangan karena saat ini kondisi pangan kita tidak berdaulat. “Beras, kedelai dan jagung semuanya diimpor. Sementara itu negara kita 2/3-nya adalah laut, tapi mengapa garam juga harus diimpor dari luar? Saya berharap agar anak-anak muda di Poto Tano lebih peduli terhadap pertanian untuk mendukung kedaulatan pangan ini”.

Menutup arahannya, Kabid Penyelenggara Penyuluhan mengatakan bahwa BKP5K Sumbawa Barat akan menyelenggarakan Temu Usaha dengan mengundang beberapa pengusaha dan  petani. Dari Temu Usaha nanti diharapkan dapat memecahkan masalah bagaimana supaya harga jagung tidak turun dari 23,5 menjadi 22,5 sehingga petani lebih bergairah lagi menanam jagung.

Pada acara FFD ini juga dibuka sesi tanya jawab antara petani dengan pemerintah yang dipandu oleh Hasan Basri (Koordinator Penyuluh Pertanian). Diskusi membahas permasalahan yang dihadapi petani seperti yang disampaikan Suhardi, salah seorang petani jagung dari Desa Tambaksari.  “Masalah yang kami hadapi adalah pada saat panen. Harga jagung selalu mengalami penurunan, seolah pemerintah tidak melakukan pengamanan harga jagung di tingkat petani. Kami berharap agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat berkaitan dengan harga jagung pada saat panen”. Suhardi juga menyampaikan keprihatinannya berkaitan dengan banyaknya bantuan pemerintah baik berupa sarana-prasarana tani maupun bantuan lain yang banyak dijual oleh penerimanya dengan alasan yang tidak jelas. Sementara itu H. Ali, petani dari Desa Kiantar lebih menyoal tentang mengapa harga jagung ada selisih harga dengan desa-desa lain. Harga jagung di Kiantar lebih rendah dibanding dengan desa yang lain. Di samping itu masalah pupuk  yang sering telat selalu saja terjadi.  Ketika petani sedang membutuhkan, tiba-tiba pupuk jadi langka dan sulit didapat. 

Menjawab pertanyaan ini Camat Poto Tano menuturkan bahwa pemerintah ke depan akan lebih selektif lagi dalam menyalurkan bantuan dan akan mengintensifkan pengawasan, baik pengawasan penyaluran bantuan maupun pengawasan penyaluran pupuk ke petani. “Saya akan menginventarisir kembali bantuan-bantuan yang sudah disalurkan, bagaimana kondisinya sekarang. Jangan sampai bantuan-bantuan yang sudah sampai ke tangan petani itu menguap”.

Selain itu Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan juga menambahkan bahwa BKP5K akan menerbitkan SK kelompok tani yang akan ditandatangani Bupati KSB agar kelompok yang ada di SK Bupati itulah kelompok yang sah, yang berhak menerima bantuan dari pemerintah. Saat ini ada 1.041 kelompok tani yang terdaftar di BKP5K. Dengan adanya SK Bupati maka akan mencegah munculnya kelompok  SAMPI (kelompok yang terdiri dari Saudara, Anak, Menantu, Paman dan Ipar).  Mendengar plesetan ini sontak hadirin tertawa geli. Di samping ada kelompok aspirasi dan kelompok merpati  ternyata masih ada satu kelompok lagi yaitu kelompok sampi.

Menyinggung masalah modal kelompok, Kabid Penyelenggara Penyuluhan menyarankan agar penyuluh mengarahkan kelompok tani untuk mengakses modal KKP-E dari pada KUR. Kalau KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) itu platformnya besar dan bunganya 13 % dengan rincian 8% bunganya disubsidi oleh pemerintah dan 5% ditanggung petani. “Jika mengajukan kredit perbankan mintalah yang KKP-E, jangan minta yang KUR. Kalau KUR biasanya untuk perorangan dan platformnya kecil”  demikian tambahnya. 

Acara diskusi kali ini terasa menarik karena petani sangat antusias bertanya, curhat dan mengungkapkan isi hatinya. Suasana yang penuh keakraban membuat hadirin merasa betah berjam-jam mendengarkan.  Di samping itu pemandunya juga sangat menguasai informasi dan persoalan di bidang pertanian sehingga tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya hingga acara usai. Tepat jam 12.30 acara berakhir dan ditutup dengan do’a.[]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar