Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Poto Tano menggelar kegiatan Farmer Field Day (FFD) atau Hari Temu Lapang
Petani pada hari Kamis tanggal 18 September 2014. Kegiatan ini diselenggarakan
di lahan kelompok Tani Saling Asih Desa Tebo Kecamatan Poto Tano Kabupaten
Sumbawa Barat. Acara dimulai dengan pembukaan kemudian dilanjutkan dengan panen
raya jagung secara simbolis dan diskusi/tanya jawab dengan petani.
Pada acara ini hadir yaitu:
- Sekretaris
BKP5K Sumbawa Barat Arifin Fatahollah, S.H, beserta staf.
- Kepala
Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan BKP5K Sumbawa Barat Nanang Sujatmiko, S.Pt,
M.Si,.
- Camat
Poto Tano Hamzah H. Amin, S.E beserta staf.
- Sekretaris
Camat Ahmad Rifai, S. KM.
- Kasi
Pemerintahan Kecamatan Poto Tano Syamsuddin, S. AP.
- Aparat Desa Tebo Kecamatan Poto Tano.
- KCD
Pertanian Kecamatan Poto Tano dan staf.
- Kepala
BP3K Poto Tano Abdul Malik, S. Pt.
- Penyuluh
BP3K Kecamatan Poto Tano.
- Ketua
dan Anggota Kelompok Tani Desa Tebo Kecamatan Poto Tano dan
- Tamu
undangan.
Kepala BP3K Poto Tano Abdul Malik saat menyampaikan
pengantarnya mengatakan bahwa kegiatan demplot dan FFD jagung ini terselenggara
berkat dukungan dana dari APBN 2014. Selain sebagai ajang silaturahmi,
pertemuan FFD antara penyuluh, petani dan instansi pemerintah bertujuan menyerap
berbagai informasi terkait masalah pertanian khususnya jagung dan pelaksanaan
program pertanian yang ditetapkan pemerintah. Menurut Kepala BP3K Poto Tano, teknologi yang diterapkan pada demplot jagung ini adalah penggunaan
pupuk berimbang. Lebih lanjut dikatakan bahwa berdasarkan hasil ubinan yang
dilakukan oleh penyuluh dan petani pelaksana demplot menunjukkan hasil ubinan
jagung adalah 15,3 ton dan hasil ubinan jagung pipilan basah 9,6 ton. Sedangkan
kendala yang dihadapi pada pelaksanaan demplot ini adalah minimnya air sehingga
untuk menyirami tanaman jagung harus menyedot dulu dengan pompa air dari
saluran irigasi yang ada airnya.
Sementara itu Camat Poto Tano Hamzah H. Amin sangat
mendukung acara ini dan berharap ke depan agar kegiatan serupa juga diterapkan
pada lahan kosong di tempat lain sehingga potensi pertanian di Kecamatan Poto
Tano bisa dimanfaatkan secara maksimal. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini
dan terima kasih saya sampaikan kepada penyuluh atas kerja samanya dengan instansi
terkait karena telah membantu petani dalam menyebarluaskan teknologi sehingga pengetahuan
dan keterampilan petani menjadi bertambah. Petani menjadi tahu bagaimana menanam
jagung dengan pupuk yang berimbang” demikian ujar Camat Poto Tano dalam
sambutannya.
Selain Camat Poto Tano, Sekretaris BKP5K Sumbawa Barat Arifin Fatahollah yang
mewakili Kepala BKP5K Sumbawa Barat juga menyampaikan sambutannya. Sekretaris Badan mengatakan
bahwa dengan diadakannya Hari Temu Lapang Petani ini, petani dapat
mengungkapkan masalah yang dihadapi dan memecahkan persoalan di lapangan secara
bersama-sama. Sekban yang baru dilantik ini berharap agar kegiatan
seperti ini dapat dilaksanakan di lain waktu dan mengundang pejabat teras yang
lebih banyak lagi. Sekban juga berharap
agar rencana kerja penyuluh ditaruh di meja Camat supaya masalah yang dihadapi
penyuluh bisa diketahui dengan cepat. “Saya menyampaikan terima kasih kepada
kelompok tani dan penyuluh yang telah berhasil menanam jagung dengan baik
sehingga menjadi motivasi bagi petani yang lain” ujar pejabat yang pengalaman
di penyuluhan KB ini.
Hadir juga pada acara ini petani pelaksana demplot yaitu
Hartono. Ia mengatakan bahwa kegiatan demplot ini membutuhkan tenaga dan
pikiran yang ekstra. Mengapa? Karena petani tidak banyak yang menanam jagung
sehingga harus berjibaku mengusir hama kera/monyet. Minimnya air juga menjadi
kendala. Namun berkat kesabaran dan arahan penyuluh akhirnya hambatan itu bisa
dilewati dengan mudah. “Saya sangat berterima kasih kepada penyuluh yang telah
membimbing bagaimana cara menanam jagung dengan pemupukan yang berimbang. Saya jadi
tahu bagaimana cara memupuk lewat daun dan memupuk dengan pupuk organik cair.
Penggunaan pupuk berimbang yang kami terapkan adalah pupuk urea 300 kg, pupuk
NPK/PONSKA 200 kg, pupuk organik cair 8 liter, pestisida 2 liter dan herbisida
4 liter. Sedangkan benih jagungnya adalah jagung hibrida varietas PAC 105
dengan jarak tanam 75 x 20 cm di lahan seluas 1 ha. Berdasarkan hasil ubinan
menunjukkan bahwa hasil ubinan jagung adalah 15,3 ton dan hasil ubinan jagung
pipilan basah 9,6 ton.”.
Menurut Kepala Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan, Nanang Sujatmiko dalam arahannya mengatakan
bahwa agar petani lebih cepat mengadopsi teknologi seharusnya demplot itu
diterapkan pada lahan yang mudah dilihat orang. “Kalau demplot dikerjakan di
lahan yang jauh dari jalan maka orang tidak banyak yang tahu kalau ada demplot.
Harusnya demplot itu ada di lahan dekat jalan yang sering dilalui orang agar
masyarakat tahu teknologinya” ujarnya dengan berapi-api. Ditambahkannya bahwa
pemerintah ke depan berencana membuat Program Revolusi Horti di mana
masing-masing desa akan ada percontohan hortikulturanya. Ini dicanangkan dalam
rangka mendukung kedaulatan pangan karena saat ini kondisi pangan kita tidak
berdaulat. “Beras, kedelai dan jagung semuanya diimpor. Sementara itu negara
kita 2/3-nya adalah laut, tapi mengapa garam juga harus diimpor dari luar? Saya
berharap agar anak-anak muda di Poto Tano lebih peduli terhadap pertanian untuk
mendukung kedaulatan pangan ini”.
Menutup arahannya, Kabid Penyelenggara Penyuluhan mengatakan bahwa BKP5K Sumbawa
Barat akan menyelenggarakan Temu Usaha dengan mengundang beberapa pengusaha
dan petani. Dari Temu Usaha nanti
diharapkan dapat memecahkan masalah bagaimana supaya harga jagung tidak turun
dari 23,5 menjadi 22,5 sehingga petani lebih bergairah lagi menanam jagung.
Pada
acara FFD ini juga dibuka sesi tanya jawab antara petani dengan pemerintah yang
dipandu oleh Hasan Basri (Koordinator Penyuluh Pertanian). Diskusi membahas permasalahan
yang dihadapi petani seperti yang disampaikan Suhardi, salah seorang petani
jagung dari Desa Tambaksari. “Masalah
yang kami hadapi adalah pada saat panen. Harga jagung selalu mengalami
penurunan, seolah pemerintah tidak melakukan pengamanan harga jagung di tingkat
petani. Kami berharap agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat berkaitan
dengan harga jagung pada saat panen”. Suhardi juga menyampaikan keprihatinannya
berkaitan dengan banyaknya bantuan pemerintah baik berupa sarana-prasarana tani
maupun bantuan lain yang banyak dijual oleh penerimanya dengan alasan yang
tidak jelas. Sementara itu H. Ali, petani dari Desa Kiantar lebih menyoal
tentang mengapa harga jagung ada selisih harga dengan desa-desa lain. Harga
jagung di Kiantar lebih rendah dibanding dengan desa yang lain. Di samping itu
masalah pupuk yang sering telat selalu
saja terjadi. Ketika petani sedang membutuhkan,
tiba-tiba pupuk jadi langka dan sulit didapat.
Menjawab
pertanyaan ini Camat Poto Tano menuturkan bahwa pemerintah ke depan akan lebih
selektif lagi dalam menyalurkan bantuan dan akan mengintensifkan pengawasan,
baik pengawasan penyaluran bantuan maupun pengawasan penyaluran pupuk ke petani.
“Saya akan menginventarisir kembali bantuan-bantuan yang sudah disalurkan,
bagaimana kondisinya sekarang. Jangan sampai bantuan-bantuan yang sudah sampai
ke tangan petani itu menguap”.
Selain
itu Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan juga menambahkan bahwa BKP5K akan menerbitkan SK kelompok
tani yang akan ditandatangani Bupati KSB agar kelompok yang ada di SK Bupati
itulah kelompok yang sah, yang berhak menerima bantuan dari pemerintah. Saat
ini ada 1.041 kelompok tani yang terdaftar di BKP5K. Dengan adanya SK Bupati
maka akan mencegah munculnya kelompok SAMPI (kelompok yang terdiri dari Saudara,
Anak, Menantu, Paman dan Ipar). Mendengar plesetan ini sontak hadirin tertawa geli.
Di samping ada kelompok aspirasi dan kelompok merpati ternyata masih ada satu kelompok lagi yaitu
kelompok sampi.
Menyinggung
masalah modal kelompok, Kabid Penyelenggara Penyuluhan menyarankan agar penyuluh mengarahkan kelompok
tani untuk mengakses modal KKP-E dari pada KUR. Kalau KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan
dan Energi) itu platformnya besar dan bunganya 13 % dengan rincian 8% bunganya
disubsidi oleh pemerintah dan 5% ditanggung petani. “Jika mengajukan kredit
perbankan mintalah yang KKP-E, jangan minta yang KUR. Kalau KUR biasanya untuk
perorangan dan platformnya kecil”
demikian tambahnya.
Acara
diskusi kali ini terasa menarik karena petani sangat antusias
bertanya, curhat dan mengungkapkan isi hatinya. Suasana yang penuh keakraban
membuat hadirin merasa betah berjam-jam mendengarkan. Di samping itu pemandunya juga sangat
menguasai informasi dan persoalan di bidang pertanian sehingga tidak ada yang
beranjak dari tempat duduknya hingga acara usai. Tepat jam 12.30 acara
berakhir dan ditutup dengan do’a.[]